Diabetes Mellitus Usai Lebaran | Seri Edukasi ATLM
Table of Contents
Infolabmed.com. Penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang bersifat menahun. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penderitanya bisa hidup sehat dengan diabetes mellitus asalkan kadar gula darahnya tetap terkendali.
Mengapa kadar gula harus dikendalikan? Sebab, kadar gula darah yang sangat tinggi (diatas normal) memudahkan terjadinya kekakuan pembuluh darah (aterosklerosis) yang ujung - ujungnya akan berdampak pada munculnya komplikasi berupa stroke (gangguan aliran darah di otak), penyakit jantung koroner, atau penyakit ginjal kronis yang harus ditolong dengan cuci darah sepanjang hayat.
Apabila kekakuan pembuluh darah ini dibiarkan, aliran darah di kaki menjadi tidak lancar, sehingga mudah timbul luka di kaki yang tidak kunjung sembuh. Bahkan, akibat lanjut luka di kaki tersebut dapat menyebabkan kaki bernanah, menimbulkan gangren (luka berbau busuk) yang kadang kala terpaksa harus diamputasi.
Sementara, kadar gula darah yang berada pada kisaran nilai normal (kadar gula darah sesudah makan kurang dari 200 mg/dL dan kadar gula darah sebelum makan kurang dari 126 mg/dl) akan memudahkan tubuh kita merasakan kenyamanan, tidak mudah lelah, tidak mudah mengantuk, dan mampu bekerja sehari - hari secara optimal.
Lantas, apa yang menyebabkan kadar gula darah meningkat jauh diatas normal? Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal (dari dalam tubuh) antara lain produksi insulin yang tidak mencukupi kebutuhan atau jumlah insulin yang diproduksi sudah cukup namum tidak berfungsi maksimal diseluruh tubuh akibat reseptor yang menangkap tidak pas (terjadi resistensi insulin).
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan evaluasi dari dokter, apakah penderita cukup dibantu dengan obat penurun kadar gula darah (obat hipoglikemi oral) atau harus mendapatkan tambahan insulin dari luar dalam bentuk suntikan insulin. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan gula darah puasa, gula darah 2 jam sesudah makan, dan kadar hemoglobin A1C (HbA1C).
Sedangkan, faktor eksternal (dari luar tubuh kita) yang memperngaruhi meningkatnya kadar gula darah, antara lain kurang olahraga, pola makan yang tidak sehat (banyak mengonsumsi makanan yang mengandung zat gula), dan sebagainya. Apabila penderita tidak menyempatkan diri untuk melakukan gerakan yang bersifat ritmis dan aerobik secara teratur, pembakaran terhadap cadangan karbohidrat didalam tubuhnya tidak dapat berjalan dengan baik. Akibatnya, gula darah tetap menumpuk didalam pembuluh darah dan tidak tersimpan dalam bentuk glikogen.
Para penderita diabetes mellitus (DM) hendaknya mampu secara mandiri membatasi masukan karbohidrat ke dalam tubuhnya sesuai anjuran dokter atau ahli gizi. Akan tetapi, tak dapat dipungkiri begitu kadar gula darah meningkat, maka nafsu makan juga meningkat, terlebih saat lebaran.
Suasana lebaran sangat mendukung konsumsi zat gula atau karbohiodrat yang berlebihan. Saat bersilaturahmi ke tempat saudara, hampir selalu disuguhi minuman manis, seperti sirop, setup, teh manis, minuman ringan, soft drink, kolak, es cendol, dan sejenisnya. Makanan yang disguhkanpun banyak yang mengandung karbohidrat tinggi, seperti lontong, ketupat, nasi uduk, roti, puding, dan aneka kue kering.
Tak jarang, karena pengaruh kultur yang berkembang di masyarakat, beberapa penderita DM merasa tidak enak untuk meminta air putih saja atau sungkan menolak ajakan tuan rumah untuk makan lpntong opor, kue kering, dan sejenisnya. Alasannya cukup sederhana, yaitu ingin menghormati tuan rumah atau bahkan berprinsip "toh hanya setahun sekali".
Selain itu, momen lebaran seolah menjadi ajang balas dendam setelah sebelumnya berpuasa selama sebulan. Dengan demikian, wajar kalau saat lebaran atau beberapa hari sesudahnya, kadar gula darah melonjak tinggi. Agar kadar gula darah saat dan setelah leberan tetap stabil (mendekati normal), maka perlu dilakukan upaya pengendalian secara serius.
Saat bersilaturahmi kala lebaran, penderita DM tidak boleh sungkan lagi untuk menyampaikan kepada tuan rumah bahwa ia menderita DM sehingga ia hanya meminta air putih saja. Jika ada banyak pilihan makanan ringan, penderita DM sebaiknya mengambil sedikit saja untuk sekedar menghormati tuan rumah. Hilangkan prinsip, "hanya setahun sekali". Sebab, meski hanya setahun seklai, tetapi kalau gula darahnya melonjak tinggi, efeknya sangat berbahaya, bukan?
Meski momen lebaran, penderita DM tidak boleh lupa untuk berolahraga, paling tidak menyembatkan berjalan ditempat sehari dua kali menjelang mandi pagi dan sore selama sepuluh menit. Obat DM yang biasa dikonsumsi tetap diteruskan. Yang semula obat diminum menjelang berbuka puasa, usai bulan Ramdhan, obat kembali diminum pagi hari sebelum atau saat sarapan pagi.
Kalau sebelumnya sudah menggunakan suntikan insulin, tetap dilanjutkan sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dan 2 jam sesudah makan tetap dilaksanakan sebulan sekali.
Sumber :
dr. H. Muchlis Achsan U.S,Sp.PD-KPTI dan dr. Dito Anurogo. 2013. 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan. Hal ; 207 - 210. Penerbit D-Medika ; Yogyakarta.
dr. H. Muchlis Achsan U.S,Sp.PD-KPTI dan dr. Dito Anurogo. 2013. 5 Menit Memahami 55 Problematika Kesehatan. Hal ; 207 - 210. Penerbit D-Medika ; Yogyakarta.
Post a Comment