Teknologi Baru Untuk Mendiagnosa Bakteri Patogen Pencemar Makanan
Table of Contents
Bebrapa ahli kimia dari Colorado State University, Amerika Serikat, mengembangkan perangkat sederhana yang dapat mendeteksi keberadaan patogen dalam bahan makanan. Menurut para peneliti, konsepnya adalah meminjam dari perangkat diagnostik kedokteran dalam menciptakan perangkat ini. Jika diterapkan di lapangan, alat tes ini bertujuan mengurangi biaya pemeriksaan awal yang sangat mahal, dikarenakan untuk menjaga pasokan pangan yang aman dari kontaminasi tinja.
Dalam menciptakan perangkat ini, memiliki filosofi bahwa keracunan makanan merupakan hal yang harus dihindari dan mencegah merupakah langkah yang lebih baik. Para ilmuwan yang dipimpin oleh ahli kimia yakni Charles Henry, seorang profesor dan ketua Departemen Kimia di Colorado State University, mengembangkan perangkat deteksi menggunakan kombinasi kertas khusus. Kertas ini akan berubah warna ketika proses analisis elektrokimia pada lembaran plastik transparansi atau kertas sederhana.
Perangkat ini mampu mendeteksi dengan cepat, murah, dan lebih akurat pada kasus kontaminasi bakteri dari buah-buahan dan sayuran, sebelum dilakukan pendistribusian sayuran dan buah ini ke toko, restoran ataupun dapur rumah tangga. Temuan ini di muat dalam jurnal Analytical Chemistry.
Henry dan rekannya mengembangkan metode berbasis kertas ini untuk mendeteksi salmonella, listeria, dan E. Coli pada sampel makanan dan juga air. Dalam studi terbaru mereka, Henry dan timnya ingin melihat apakah cara ini layak. Yakni dengan menggunakan teknik berbasis kertas dalam hubungannya dengan analisis elektrokimia untuk menghasilkan hasil yang lebih detail.
Selama ini, pengujian rutin terhadap kontaminasi bakteri pada buahbuahan dan sayuran menggunakan teknik umum seperti immunoassay dan PCR. Tapi cara tersebut memerlukan waktu yang lama hingga 48 jam dan biaya yang cukup mahal.
Dari semua kontaminan yang ditemukan dalam makanan dan air, bakteri menyebabkan kasus paling banyak pada paseien yang harus di rawat inap atau bahkan kematian. Hampir setengah dari insiden keracunan ini dikaitkan dengan bayam, kubis, selada dan sayuran hijau lainnya, yang kadang-kadang menggunakan air irigasi yang tidak aman dan mengandung feces.
Henry dan rekan mencoba mencari cara yang akurat dan sederhana serta murah. Mereka membuat dua jenis tes yang mendeteksi enzim yang berhubungan dengan bakteri FIB. Yang pertama adalah strip kertas kecil diperlakukan dengan molekul substrat yang berubah warna ketika terjadi kontak enzim bakteri. Ini mirip dengan tes kehamilan di rumah. Para peneliti membayangkan sebuah aplikasi ponsel pintar bisa ditambah dengan tes kertas ini.
“Kami menemukan bahwa dengan kertas filter, lilin, dan sedikit pf packing tape, kita dapat melakukan sedikit kimia di sini,” kata Henry. “ Nilai bahan ini sekitar 2 sen, “ tambahnya.
Dari semua kontaminan yang ditemukan dalam makanan dan air, bakteri menyebabkan kasus paling banyak pada paseien yang harus di rawat inap atau bahkan kematian. Hampir setengah dari insiden keracunan ini dikaitkan dengan bayam, kubis, selada dan sayuran hijau lainnya, yang kadang-kadang menggunakan air irigasi yang tidak aman dan mengandung feces.
Henry dan rekan mencoba mencari cara yang akurat dan sederhana serta murah. Mereka membuat dua jenis tes yang mendeteksi enzim yang berhubungan dengan bakteri FIB. Yang pertama adalah strip kertas kecil diperlakukan dengan molekul substrat yang berubah warna ketika terjadi kontak enzim bakteri. Ini mirip dengan tes kehamilan di rumah. Para peneliti membayangkan sebuah aplikasi ponsel pintar bisa ditambah dengan tes kertas ini.
“Kami menemukan bahwa dengan kertas filter, lilin, dan sedikit pf packing tape, kita dapat melakukan sedikit kimia di sini,” kata Henry. “ Nilai bahan ini sekitar 2 sen, “ tambahnya.
Post a Comment