Penjelasan Umum Tentang Elektrolit
Table of Contents
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai elektronetralitas. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan, Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Penjelasan Umum Tentang Elektrolit |
Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+ ), kalium (K+), Klorida (Cl‾), dan bikarbonat (HCO3‾). Pemeriksaan ke empat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit” (Supriyono. 2012).
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit , contohnya NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl‾ (Uliyah, M. 2006).
Jenis Elektrolit Darah
Elektrolit dalam cairan tubuh dapat berupa kation misalnya Na+, K+, Ca2+, Mg2+ dan berupa anion misalnya : Cl-, HCO3‾, HPO4‾, SO42‾ dan laktat. Pada cairan ektrasel kation utama adalah Na+ dan anion utama adalah Cl‾dan HCO3‾, sedangkan pada cairan intrasel kation utama adalah K+ (Supriyono. 2012).
Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel 4,8. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl‾) dan natrium bikarbonat (NaHCO3‾) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan konsentrasi natrium. Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa Na+K+) (Feriwati, I. Yasrwir, R.2012).
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat dikulit. Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq. Fungsi natrium adalah memelihara tekanan osmotik cairan ekstraselular dan burhubungan dengan cairan tubuh serta membantu fungsi neuromuskuler.
Natrium juga membantu memelihara keseimbangan asam-basa. Nilai normal natrium serum adalah 135-145 mEq/L. berkurangnya natrium tubuh (hiponetramia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardi. Pada keadaan yang lebih kronis, hiponatremia menyebakan kelainan susunan syaraf pusat (kebingunan dan kelainan mental).
Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas. Mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Suatu gangguan yang sering adalah pemakaian jangka panjang diuretik pada pasien yang juga membatasi makan garam.
Natrium juga dapat keluar dari permukan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin intravena dengan hati-hati agar tidak terjadi beban cairan pada pasien yang mungkin mengalami penurunan kemampuan mengeksresi urin.
Retensi natrium terjadi pada penyakit ginjal dan jantung, tetapi biasanya juga terjadi retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Peningkatan natrium atau hipernatremia biasanya timbul akibat dari pasien yang lemah, yang kurang minum dan menjadi dihidrasi. Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi berupa cairan intervena hipotonik (H.Harjoeno dkk, 2003).
Kalium
Fungsi kalium adalah memelihara keseimbangan osmotik dalam sel, meregulasi aktifitas otot, enzim dan keseimbangan asam basa. Kalium merupakan kation utama dalam sel. Niali normal kalium serum adalah 3,5-5,3 mEq/L. Hiperkalemia dapat terjadi pada kerusakan ginjal seperti pada cedera mekanis yang berat. Selain itu, pasien dengan gagal ginjal dan gangguan eksresi kalium dapat mengalami kelebihan melalui makanan tidak dibatasi. Gambaran klinis kelainan kalium dapat merupakan gangguan paling mengancam nyawa dibandingkan yang lain. Gejala berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka dan polos (David W. Marten, dkk. 2010).
Hiperkelamia menyebabkan perubahan elektro kardiogram yang akan menimbulkan efek yang sangat besar dari kelebihan kalium pada jantung. Baik hipoklemia maupun hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental. Akibat yang mematikan adalah paralisis otot pernafasan dan henti jantung, karena pemeriksaan klinis saja tidak dapat mendiagnosis dengan pasti adanya hipokalemia atau hiperkalemia, pengobatan harus didasarkan pada pengukuran kalium serum yang akurat.
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlahkonsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 perkilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin (Feriwati, I.Yasrwir, R. 2012).
Jumlah kalium pada wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak. Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif (transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium). Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium).
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/Ldisebut sebagai hipokalemia dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia. Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung melambat. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung.
Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada gangguan keseimbangan asam-basa, dan menghitung anion gap. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12% dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak dan dewasa. Keseimbangan GibbsDonnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus membran sel secara pasif (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan dalam membran sel. Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium. Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 100-200 mEq klorida per hari, dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100 mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rata-rata 40 mEq/L. Bila pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal.
Fungsi klorida adalah membantu regulasi volume darah, tekanan arteri dan keseimbangan asam basa (asidosis-alkalosis). Nilai normal klorida serum adalah 100 sampai 108 mEq/L. Kadar klorida menurun misalnya sekresi cairan lambung yang berlebihan dapat menyebabkan alkalosis metabolik, sedang retensi klorida atau makan dengan garam berlebihan dapat menimbulkan hiperkloremia dengan asidosis metabolik, penggunaan obat yang dapat meninggikan kadar klorida atau menurunkan kadar klorida seperti thisid, furosemid, bikarbonat harus dihentikan sebelum pemeriksaan kadar klorida. Klorida jarang diperiksa tersendiri tetapi biasanya bersama-sama dengan elektrolit lain. Peningkatan kadar klorida dapat terjadi pada nephritis, obstruksi kelenjar prostat dan dehidrasi. Kadar rendah ditemukan pada gangguan fungsi gastrointetinal dan ginjal. (H. Harjoeno, dkk, 2003).
Hipoklorinemia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan. Penyebab hipoklorinemia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada alkalosis metabolik dengan hipoklorinemia, defisit klorida tidak disertai defisit natrium. Hipoklorinemia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal. Hiperklorinemia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab hiperklorinemia sama dengan hipernatremia. Hiperklorinemia dapat dijumpai pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis hiperklorinemia dapat menjadi pertanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas (Feriwati, I. Yasrwir, R. 2012).
Sumber :
- Barus, Nuraini. 2017. Pemeriksaan Elektrolit pada Serum Darah Menggunakan Elektrolit Analizer. Universitas Sumatra utara ; Medan.
Dapatkan buku "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Ahli Teknologi Laboratorium Medik". Disusun oleh Gilang Nugraha, S.Si., M.Si, dkk. Pembelian Buku / Order via WA https://wa.me/6285862486502. Info selengkapnya tentang buku bisa dilihat disini : JUAL BUKU "Pedoman Teknik Pemeriksaan Laboratorium Klinik Untuk Mahasiswa Ahli Teknologi Laboratorium Medik" torium Medik"
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website Kami. Untuk yang mengambil artikel dari website Kami, dimohon untuk mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang Anda muat. Terimakasih atas kunjungannya. Terimakasih atas kunjungannya. Kerjasama media pubhlikasi, kirim e mail ke : laboratorium.medik@gmail.com
Baca juga :
- Pemeriksaan Asam Urat (Serum, Plasma)
- Tes Ureum Darah Dalam Mendiagnosis Gagal Ginjal Kronik (GGK)
- Tes Kreatinin Darah Dalam Mendiagnosis Gagal Ginjal Kronik (GGK)
- Pemeriksaan Kolesterol (HDL, LDL)
- Diabetes [Pengertian, Gejala, Diabetes Tipe 1, Diabetes Tipe 2 Dan Risiko Diabetes Kehamilan
- Pemeriksaan Elektrolit