Pemeriksaan Tinja
Pemeriksaan Tinja. Pemeriksaan Tinja dapat memberikan informasi penting yang membantu diagnosis banding berbagai kelainan saluran cerna, mulai dari maldigestif dan malabsorpsi sampai perdarahan atau infestasi bakteri, virus atau parasit.
Kondisi hepatobilier yang menyeybabkan penurunan sekresi empedu, dan penyakit-penyakit pankreas yang menyebabkan enzim pencernaan yang tidak adekuat juga dapat dianalisis pada pemeriksaan tinja.
Sampai saat ini pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada pemeriksaan tinja adalah pemeriksaan kimia untuk darah samar. Darah samar merupakan tanda paling awal dan paling sering ditemukan pada penyakit keganasankolokteral.
Pemeriksaan adanya darah pada tinja secara rutin disarankan bagi semua individu di atas usia 50 tahun. Perdarahan saluran cerna, mulai dari mulut hingga anus, dapat memberikan hasil positif pada pemeriksaan darah pada tinja.
Analisis tinja juga bermakna untuk menentukan adanya peningkatan lemak pada tinja (steatorrhea) dan dalam diagnosis banding diare. Pada artikel selanjutnya, akan membahas pemeriksaan tinja meliputi ;
- Pemeriksaan tinja secara makroskopik
- Pemeriksaan tinja secara mikroskopik, dan
- Pemeriksaan tinja secara kimia
Pemerikaan tinja seperti yang disebutkan diatas merupakan pemeriksaan yang sering dilakukan di laboratorium medik baik di laboratorium klinik dan juga laboratorium rumah sakit.
Sebelum melanjutkan pembahasan pada pemeriksaan tinja, lebih baik kita memahami dahulu bagaimana cara pembentukan tinja yang akan kita bahas pada artikel selanjutnya.
PEMBENTUKAN TINJA
Normalnya, kurang lebih 100-200 gram materi tinja dikeluarkan setiap harinya. Di dalam tinja terkandung bahan makanan yang tidak dicerna (contoh; selulosa), epitel usus, bakteri usus, sekresi gastrointestinal (contoh; enzim pencernaan), pigmen empedu, eletrolit dan air. Oleh karena pergerakan usus besar yang lambat, tinja biasanya terbentuk dalam 18-24 jam sejak bahan makanan masuk dari usus halus ke usus besar.
Saluran pencernaan manusia. (Foto : https://www.dictio.id/) |
Usus halus merupakan tempat dimana sebagian besar proses pencernaan dan absorpsi terjadi. Tidak ada proses pencernaan yang terjadi setelah melewati usus halus dan tidak ada absorpsi makanan (karbohidrat, protein, dan lemak), walaupun usus besar menyerap garam dan air dalam jumlah kecil.
Oleh karena sebagian besar proses pencernaan dan absorpsi telah diselesaikan di usus halus, maka fungsi utama dari usus besar adalah menamung tinja sebeum defekasi. Kurang lebih 9.000mL cairan masuk ke saluran cerna dari makanan, air, saliva, sekresi lambung, empedu, seskresi pankreas, dan sekresi usus halus.
Hanya 500-1.500 mL yang masuk ke dalam usus besar setiap hari dengan hasil akhir eksresi 150 mL cairan dalam tinja normal.
Usus besar memiliki kemampuan yang terbatas dalam absorpsi cairan (maksimal 2.700-3.000 mL). Oleh karena itu, volume cairan dalam lumen usus besar yang melebihi kapasitas menyebabkan tinja cair (diare). Hal yang sama, jika absorpsi air terganggu, atau jika waktu yang dibutuhkan untuk absorpsi tidak adekuat, maka diare dapat terjadi.
Akan tetapi jika defekasi tertunda dalam waktu yang lama akibat penurunan pergerakan usus, jumlah air yang diabsorpsi dari tinja akan meningkat, tinja menjadi kecil, keras dan kering, dan terjadilah konstipasi.
Sumber : Gerry Adrian Wiryanto. 2013. Urinalisis Pemeriksaan Cairan Tubuh Sederhana. WIMI : Jakarta.
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website infolabmed.com. Jika Anda mengutip dan atau mengambil keseluruhan artikel dalam websit ini, mohon untuk selalu mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang telah Anda buat. Kerjasama/media partner : laboratorium.medik@gmail.com.
Post a Comment