Pemeriksaan Makroskopik Pada Spesimen Tinja. Indikasi pertama adanya gangguan saluran cerna sering terlihat pada perubahan dari warna dan konsistensi normal tinja. Tentunya penampilan warna tinja yang abnormal dapat disebabkan oleh pencernaan makanan dan obat yang mengandung zat warna.
Oleh karena itu, harus dibedakan apakah perubahan warna tinja disebabkan oleh hal tersebut atau penyebab patologis. Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi penilaiaan visual terhadap lima komponen, yaitu :
- Warna,
- Konsistensi,
- Bentuk,
- Mukus/Lendir, dan
- Bau.
Berikut ini akan dijelaskan secara lebih rinci kelima komponen tersebut.
WARNA
Warna normal tinja adalah coklat. Warna tersebut disebabkan oleh pigmen empedu. Ketika bilirubin terkonjugasi disekresikan ke usus halus, bilirubin terkonjugasi akan dihidrolisis kembali menjadi bilirubin tidak terkonjugasi.
Bakteri anaerobik usus mereduksi bilirubin tidak terkonjugasi menjadi tiga tetrapirol tidak berwarna yang secara keseluruhan disebut urobilinogens: sterkobilinogen, mesobilinogen, dan urobilinogen. Urobilinogens beroksidasi didalam usus menghasilkan urobilins - sterkobilin, mesobilin dan urobilin - yang berwarna jingga-cokelat dan memberikan warna pada tinja.
Jika terdapat kondisi yang menghambat, secara parsial atau total, sekresi empedu ke usus halus maka warna tinja dapat berubah. Tinja berwarna pucat atau seperti tanah liat disebut tinja akolik, yang khas terjadi pada obstruksi pasca hepatik akibat tidak adanya pigmen empedu atau adanya barium sulfat.
Perlu diperhatikan bahwa spesimen tinja yang terkontaminasi barium sulfat akibat pemeriksaan barium enema dapat memberikan warna yang sama. Tabel dibawah akan memberikan penjelasan karakteristik tinja yang sering ditemukan.
Perhatian utama tertuju pada adanya darah pada tinja. Tergantung dari daerah perdarahan pada saluran cerna, darah dapat berwarna merah terang, merah gepal, atau hitam. Hal ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab pada pemeriksaan kimia pada spesimen tinja.
Tinja berwarna hitam juga dapat disebabkan oleh bismuth, arang dan suplemen besi. Tinja berwarna hijau dapat dilihat pada pasien yang mengkonsumsi antibiotik. Hal ini disebabkan oleh oksidasi bilirubin tinja menjadi biliverdin. Sayuran hijau atau pewarna makanan juga dapat menjadi penyebab warna hijau pada tinja.
Karakteristik Makroskopik Tinja
|
|
Karakteristik
|
Etiologi
|
Warna
|
Warna seperti tanah list atau abu, pucat, kuning, atau putih
Merah
Cokelat
Hitam
Hijau
|
Obstruksi posthepatik Barium (iintake atau enema)
Darah (dari traktus GI bawah) Buah bit, pewarna makanan
Obat (pewarna BSP, rifampicin,)
Normal
Darah (darah traktus GI)
Terapi besi
Intake jarang
Bismuth (medikasi supposituria)
Sayuran hijau (Contoh : Bayam)
Biliverdin (Saat terapi antibiotic)
|
Konsistensi
|
Padat
Keras
Lunak
Cair
|
Normal
Konstipasi (Contoh :Skibala)
Peningkatan kandungan air dalam tinja
Diare, steatorrhea
|
Bentuk
|
Silindris
Tipis, seperti pita
Kecil, bundar
Bulky
|
Normal
Obstruksi usus
Penyempitan usus (Contoh : Struktur)
Konstipasi
Steatorhea
|
Lain-lain
|
Berbuasa, mengapung
Berminyak, spongy
Mukus
|
Peningkatan gas dalam tinja
Sttatorrhea
Konstipasi, mengedan
Penyakit (contoh: colitis, adenoma vili)
|
KONSISTENSI DAN BENTUK
Konsistensi tinja bervariasi dari jarang dan cair (diare) hingga kecil dan keras (konstipasi). Tinja normal biasanya merupakan massa padat dan berbentuk silindris; tinja lunak mengindikasikan adanya peningkatan kandungan air dalam tinja.
Tinja lunak bisa saja normal, akibat laksatif, atau merupakan tanda gangguan gastrointestinal. Tinja dapat berukuran besar disebabkan oleh bahan makanan yang tidak tercerna atau adanya peningkatan gas dalam tinja.
Bahan makanan yang tidak tercerna seperti kulit biji-bijian, kulit tumbuhan, atau proglotid dari parasit usus dapat terlihat pada tinja. Tinja yang panjang, berbentuk seperti pita mengindikasikan adanya obstruksi usus atau penyempitan lumen usus akibat struktur.
MUKUS / LENDIR
Adanya mukus/lendir pada tinja merupakan kondisi abnormal dan harus segera dilaporkan. Mukus/lendir merupakan substansi gelatin transparan yang normalnya tidak terdapat di dalam tinja.
Mukus berhubungan dengan penyakit jinak, seperti mengedan saat proses defekasi atau konstipasi, gangguan emosional, dan penyakit gastrointestinal seperti kolitis, disentri basiler, dan inflamasi rektum.
Mukus yang disertai bercak darah berhubungan dengan kerusakan dinding usus, yang mungkin disebabkan oleh disentri bakterial atau amoeba atau keganasan. Mukus yang bercampur dengan pus dan darah ditemukan pada tinja pasien dengan kolitis ulserativa, disebtri basilerm divertikulosis usus. Pasien dengan adonema vili mengekskresikan mukus 3-4 L/24 jam.
PUS
Pasien dengna kolitis ulserativa kronis dan disentri basiler kronis sering mengeksresikan pus dalam jumlah banyak pada tinja. Hal ini juga terjadi pada pasien dengan abses lokal atau fistula yang berhubungan dengan kolon sigmoid, rectum, atau anus.
BAU
Bau normal tinja merupakan akibat sisa metabolik flora bakteri usus. Jika flora normal ini terganggu atau bahan makanan yang dipresentasikan pada flora berubah, maka dapat terjadi perubahan bau tinja. Contohnya, bau busuk pada steatorhhea merupakan akibat hasil penghancuran lemak yang tidak tercerna bakteri usus.
Sumber : Gerry Adrian Wiryanto. 2013. Urinalisis Pemeriksaan Cairan Tubuh Sederhana. WIMI : Jakarta.
PENTING : Terimakasih sudah berkunjung ke website infolabmed.com. Jika Anda mengutip dan atau mengambil keseluruhan artikel dalam websit ini, mohon untuk selalu mencantumkan sumber pada tulisan / artikel yang telah Anda buat. Kerjasama/media partner : laboratorium.medik@gmail.com.
Post a Comment