Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) Pemeriksaan TB dengan TCM
Pemeriksaan laboratorium TB memiliki resiko penularan infeksi dan kemungkinan kecelakaan kerja. Adapun paparan yang dapat terjadi di laboratorium TB adalah aerosol. Aerosol dapat terjadi pada saat petugas lab membuka pot dahak dan saat melakukan pencampuran sample buffer ke dalam spesimen.
Keselamatan kerja di laboratorium Tes Cepat Molekuler (TCM) merupakan tanggung jawab seluruh petugas lab. Petugas lab diharapkan mampu bekerja sesuai prosedur tetap (protap) dan harus melaporkan setiap tindakan, kondisi atau kejadian yang dinilai tidak sesuai dengan protap kepada penanggung jawab laboratorium.
Petugas di laboratorium TCM minimal harus memiliki pengetahuan dasar tentang keselamatan dan keamanan kerja:
- Penanganan spesimen dahak mulai dari pengambilan, proses pencampuran buffer dengan spesimen, dan tumpahan.
- Pengolahan limbah infeksius.
Beberapa komponen yang perlu diperhatikan terkait untuk pemeriksaan TCM adalah:
SUMBER DAYA MANUSIA PENGGUNA ALAT TCM
(Foto : youtube/cepheid) |
Dalam implementasi TCM di laboratorium dibutuhkan pelatihan agar tercapai hasil pemeriksaan yang akurat. Setiap laboratorium TCM membutuhkan setidaknya 1-2 petugas laboratorium yang memiliki kemampuan teknis laboratorium dan kemampuan mengoperasikan komputer.
Pelatihan penggunaan alat TCM juga ditujukan untuk para klinisi dan petugas kesehatan yang berhubungan dengan program TB Nasional agar dapat menginterpretasikan hasil dan memahami spesimen dengan kualitas baik.
Tutor pelatihan TCM adalah personil yang memiliki latar belakang keahlian di bidang mikrobiologi kesehatan dasar dan yang telah mendapatkan pelatihan aplikasi GeneXpert dari Cepheid. Tutor terdiri dari tim ahli dari Subdit TB, unit di Kementrian Kesehatan yang memiliki tupoksi pembinaan laboratorium, LRN Molekuler TB, mitra serta ahli dari laboratorium TB di Indonesia.
STANDAR RUANGAN LABORATORIUM DAN TINGKAT KEAMANAN LABORATORIUM
Penempatan alat TCM dan pengolahan spesimen dahak memerlukan beberapa persyaratan dan kondisi sesuai dengan standar pelayanan laboratorium TB. Terpenuhinya persyaratan tersebut mendukung pemeriksaan spesimen yang adekuat.
1. Penempatan Alat TCM
a. Sumber Listrik. Alat TCM membutuhkan ketersediaan sumber listrik yang stabil dan tidak terputus selama pengujian spesimen berlangsung. Terputusnya aliran listrik dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kegagalan pengujian sehingga katrid terbuang dengan percuma dan memerlukan pengulangan pemeriksaan. Pasokan listrik yang tidak stabil juga dapat merusak alat TCM dan komputer. Oleh karena itu, UPS tipe online yang berfungsi ganda sebagai stabilizer direkomendasikan dalam penggunaan alat TCM.
b. Keamanan Ruangan. Ruangan tempat diletakkannya alat TCM sebaiknya terjamin keamanannya dari risiko pencurian seperti alat laboratorium pada umumnya. Alat TCM dapat diletakkan bersamaan dengan peralatan laboratorium lain. Penempatan alat TCM tidak ditempatkan satu meja dengan alat yang bergetar (sentrifus).
c. Suhu Ruangan. Suhu ruangan alat TCM saat bekerja berkisar antara 15-30 °C, tidak berbeda dengan suhu ruangan yang direkomendasikan untuk peralatan laboratorium lainnya. Suhu ruangan yang tinggi dapat meningkatkan kegagalan pemeriksaan dan menyebabkan kerusakan alat. Tempat peletakkan alat TCM membutuhkan pendingin ruangan (air conditioner/AC) untuk memastikan suhu berada pada kisaran yang direkomendasikan. Alat TCM tidak diletakkan tepat di bawah AC, dan tidak terpapar sinar matahari langsung.
Katrid TCM Khusus TB dengan Kode MTB/RIF. (Foto : https://cepheid.widen.net/) |
d. Tempat Penyimpanan Katrid. Berdasarkan rekomendasi pabrikan (Cepheid), katrid harus disimpan pada suhu 2-28 °C. Oleh karena itu, katrid harus ditempatkan pada ruangan dengan AC atau disimpan di dalam kulkas, dan terhindar dari sinar matahari langsung.
e. Kebersihan ruangan. Ruangan penempatan TCM harus dipastikan kebersihannya dan tidak berdebu.
2. Tempat Pengolahan Spesimen
a. Dahak. Ruangan tempat pengolahan spesimen dahak menggunakan alat TCM setara dengan tingkat keselamatan kerja untuk pemeriksaan mikroskopis. Oleh karena itu, pengolahan dapat dikerjakan di meja preparasi (working bench) dengan sirkulasi udara yang benar.
b. Non-dahak. Spesimen cairan <5 ml maka dapat dikerjakan pada meja preparasi (working bench). Namun, apabila spesimen berupa jaringan atau cairan dengan volume >5 ml harus dikerjakan di dalam biosafety cabinet (BSC). BSC yang direkomendasikan untuk pemeriksaan spesimen TB adalah BSC kelas II-A.
3. Tingkat Keamanan Laboratorium (Biosafety Level Laboratory)
Tingkat keamanan pelaksanaan TCM setara dengan tingkat keamanan laboratorium mikroskopik TB meliputi tata ruang, peralatan dan fasilitas laboratorium, Alat Pelindung Diri (APD) berupa jas lab, masker, dan sarung tangan, serta disinfeksi lingkungan kerja dan peralatan. Khusus untuk pengolahan spesimen non-dahak, harus dilakukan dalam Biosafety Cabinet (BSC) dan biocontainment centrifiuge.
KEAMANAN PENANGANAN SPESIMEN
1. Pengumpulan Spesimen
(Foto : https://www.cepheid.com/) |
Pengumpulan spesimen dahak dilakukan di tempat khusus berdahak (sputum booth) yang terdapat di ruang terbuka, mendapat sinar matahari langsung, dan tidak dilalui banyak orang, untuk mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius. Tempat pengumpulan dahak dilengkapi dengan petunjuk prosedur pengeluaran dahak, tempat cuci tangan dengan air mengalir, sabun, dan tempat sampah. Dahak tidak boleh dikeluarkan di ruangan tertutup seperti kamar mandi, toilet, ruang kerja, atau ruang tunggu. Pot dahak yang digunakan harus tidak mudah pecah, tidak bocor, bermulut lebar (diameter 5—6 cm), dan bertutup ulir (minimal 4 ulir). Untuk pengambilan spesimen ekstra paru dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku di setiap rumah sakit.
2. Pengiriman Spesimen ke Laboratorium
Pengiriman spesimen di dalam lingkungan Fasyankes dilakukan sesegera mungkin. Pot dahak atau wadah spesimen harus dimasukkan ke dalam wadah/kotak pembawa yang tertutup pada saat dikirim ke laboratorium. Sedangkan, untuk pengiriman spesimen dari Fasyankes ke laboratorium rujukan TCM, spesimen dikemas sesuai dengan standar International Air Trasportation Association (IATA) dan buku Petunjuk Teknis Pengemasan, Pengiriman, dan Penerimaan Spesimen TB.
PEMBUANGAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH INFEKSIUS
1. Penanganan Tumpahan
1. Alat dan Bahan
- Larutan hipoklorit 1% segar (diencerkan saat akan digunakan)
- Forsep, sapu dan serokan (alat penampung sampah) yang dapat disterilisasi (autoclavable), atau alat mekanik lain untuk menangani benda tajam.
- Kertas tisu atau bahan penyerap lainnya
- Kantong biohazard untuk membuang tumpahan yang terkontaminasi
- Tempat sampah benda tajam yang kosong
- Sarung tangan
- Pelindung wajah (kacamata dan masker atau pelindung wajah)
- Sepatu boots kedap air
2. Pedoman Umum pada Insiden Tumpahan
- Hindari menghirup material yang terkandung di udara dan segera tinggalkan ruangan. Beritahu yang lain untuk meninggalkan ruangan.
- Tutup pintu dan pasang tanda bahaya.
- Lepas pakaian yang terkointaminasi, balik bagian yang terkontaminasi ke dalam dan masukkan ke kantong biohazard.
- Cuci semua bagian kulit yang terpapar dengan sabun dan air.
- Informasikan pada supervisor dan tim keamanan kerja.
3. Pembersihan Tumpahan
Ikuti tahapan berikut pada saat akan membersihkan tumpahan di laboratorium:
- Petugas laboratorium keluar dan memasang tanda peringatan ”BAHAYA TUMPAHAN, DILARANG MASUK!” di depan pintu laboratorium.
- Biarkan aerosol hilang/ mengendap selama setidaknya 30 menit sebelum masuk kembali laboratorium. Persiapkan alat untuk pembersihan (spill kit).
- Kenakan alat pelindung diri (baju lab, pelindung wajah, sarung tangan lapis ganda, dan sepatu boot).
- Tutupi area tumpahan dengan kertas tisu / absorban.
- Tuang larutan hipoklorit 1% pada kertas tisu / absorbant di mulai dari area luar menuju area inti tumpahan.
- Biarkan kontak selama 20 menit.
- Bersihkan daerah tumpahan menggunakan pinset dan buang ke dalam plastik otoklaf.
- Tuangkan kembali disinfektan pada area tumpahan, kemudian keringkan dengan kertas tisu / absorban yang baru.
- Buang kertas tisu/absorban tersebut ke dalam plastik otoklaf.
- Bersihkan area sekitarnya (dimana mungkin tumpahan terpercik) dengan disinfektan. Gerakan pembersihan dilakukan secara sirkuler dimulai dari bagian terluar menuju ke pusat tumpahan.
- Jika terdapat pecahan, ambillah dengan pinset dan buang dalam wadah benda tajam.
- Buangan limbah tisu dan pecahan di atas harus diperlakukan sebagai limbah infeksius.
- Lepaskan masker dan sarung tangan masukkan ke dalam plastik otoklaf.
- Lepaskan jas laboratorium dan masukkan ke dalam plastik otoklaf lainnya untuk dilakukan sterilisasi.
- Cucilah tangan dan area kulit yang terpapar dengan sabun cair dan air mengalir.
2. Penanganan Limbah
- Pot dahak dan tutupnya, serta limbah padat lain harus direndam dalam larutan hipoklorit 0,1% baru atau disinfektan lain selama minimal 12 jam.
- Limbah katrid dimasukkan pada plastik otoklaf yang kemudian dihancurkan dalam insenerator.
- Sterilisasi dengan otoklaf dibutuhkan suhu 121 OC dengan tekanan udara 1,5 - 2 atm selama 20 menit.
- Limbah cair dibuang melalui sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
- Setelah proses otoklaf penanganan limbah dapat dilanjutkan dengan insinerasi
Post a Comment