Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD): Metode Pengujian Polimorfisme DNA
Sumber: Research Gate |
INFOLABMED.COM - Perkembangan metode di bidang biologi molekuler berkembang begitu pesat, termasuk metode analisis polimorfisme DNA.
Salah satu jenis
teknik pengujian polimorfisme DNA yaitu metode RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA).
Metode RAPD merupakan
metode analisis molekuler yang digunakan untuk mengidentifikasi polimorfisme
DNA pada genom secara cepat dan efisien.
Hal ini dikarenakan
suatu organisme memiliki perbedaan pada tingkat DNA dalam hal urutan nukleotida,
sehingga variasi urutan nukleutida atau polimorfisme tersebut dapat dianalisis melalui
pengujian menggunakan metode RAPD.
Metode RAPD ini
digunakan dalam studi keanekaragaman genetik, hubungan kekerabatan, peta genetik,
dan sidik jari DNA. Di mana analisis sidik jari sering dilakukan di bidang paternity
dan forensik.
Metode ini umumnya
digunakan untuk mendeteksi polimorfisme DNA yang digunakan sebagai genetic
marker dan menentukan hubungan kekerabatan pada bermacam-macam tanaman dan
serangga hama.
Metode RAPD
menggunakan oligonukleotida pendek (primer tunggal) yang berukuran sekitar 9-12
base pair (bp). Primer tunggal tersebut kemudian berikatan dengan bagian
komplemennya.
Primer tunggal akan menginisiasi proses amplifikasi secara acak (random) daerah-daerah
genom urutan DNA tertentu untuk amplifikasi dan biasanya
ditemukan dalam kisaran ukuran DNA 0,1 dan 3 kb.
Amplifikasi dilakukan
secara acak menggunakan primer tunggal. Amplifikasi DNA dengan PCR dilakukan pada suhu
anealing yang rendah yang memungkinkan primer
menempel pada beberapa lokus pada DNA.
Primer tersebut akan menempel pada daerah penempelan primer
yang tersebar acak pada daerah di sepanjang
DNA genom.
Potongan DNA dari
proses amplifikasi juga berjalan acak sesuai dengan kecocokan basa nukleotida
dengan DNA template (DNA cetakan). Polimorfisme di daerah tersebut menghasilkan perbedaan amplifikasi.
Welsh dan Mc Clelland (1990) menyatakan bahwa larik DNA yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai penanda molekul karena pola
yang dihasilkan memiliki karakteristik tertentu.
Pilihan
awal primer merupakan variabel utama untuk menentukan apa dan berapa
banyak variasi genetik yang diidentifikasi.
Produk
amplifikasi yang dihasilkan dapat dipisahkan menurut
ukurannya secara elektroforesis pada gel agarosa dan divisualisasi melalui pewarnaan dengan etidium
bromide.
Pita-pita DNA hasil
elektroforesis dapat diamati mulai
dari 100 bp - 3000 bp. Di mana pita
yang muncul menunjukkan ketebalan yang bervariasi.
Kelebihan metode RAPD yaitu
metode yang relatif sederhana dan lebih murah.
Adapun beberapa
kelemahan metode RAPD yaitu karena protokol amplifikasi yang dirancang dengan
sangat hati-hati diperlukan agar sampel dapat direproduksi.
Selain itu, cetakan
DNA yang digunakan harus dimurnikan dengan baik. Hal ini dikarenakan sampel
yang terkontaminasi dapat menghambat reaksi PCR.
Sumber:
Evita
Anggereini. Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD), Suatu Metode Analisis DNA
Dalam Menjelaskan Berbagai Fenomena Biologi. Biospecies Volume 1 No 2, Juni
2008 hllm 73 - 76
Muhammad
Rifqi Hariri, dkk. 2021. Metode Biologi Molekuler. WIDINA
BHAKTI PERSADA BANDUNG. ISSBN 978-623-6457-01-6.
Subandiyah,
S. 2006. Polymerase Chain Reaction untuk Deteksi atau Identifikasi Patogen
Tumbuhan. Beberapa Metode Ekstraksi DNA. Pelatihan dan Workshop Identifikasi
DNAdengan Aplikasi PCR. Malang. hlm. 43-50.
Surajit
Das dan Hirak Ranjan Dash. 2019. Microbial Diversity in the Genomic Era.
Academic Press. ISSBN 978-0-12-814849-5.
Ikuti berita terkini dengan mengikuti kami di Google News atau klik tautan ini Google News INFOLABMED.
Post a Comment