Mengatasi Kesalahan dalam Proses Pengujian Total di Laboratorium Klinik
Sumber : Journal of Hong Kong Institute of Medical Laboratory Sciences |
INFOLABMED.COM - Laboratorium klinik semakin terintegrasi dengan perawatan pasien, membantu diagnosis, memantau terapi, dan memprediksi hasil klinis.
Ada banyak prosedur dan proses yang dilakukan di laboratorium yang sangat kompleks dan setiap proses tersebut harus dilakukan dengan benar untuk memastikan keandalan dan ketepatan pengujian.
Karena pengujian laboratorium klinis memainkan peran integral dalam pengambilan keputusan medis dan harus dapat diandalkan serta akurat, maka harus diambil langkah-langkah untuk memastikan setiap langkah dalam Total laboratory process (TTP) dilakukan dengan benar, sehingga menjamin pengambilan keputusan medis yang berharga dan perawatan pasien yang efektif.
Kesalahan dalam bagian mana pun dari proses pengujian dapat menghasilkan hasil laboratorium yang buruk dan merugikan pasien.
Sayangnya, tidak ada tes atau perangkat laboratorium yang sempurna dan kesalahan dapat terjadi pada setiap tahap.
Sebagai contoh, sampel yang rusak atau diubah sebagai hasil dari pengambilan atau transportasi yang tidak benar tidak dapat memberikan hasil yang dapat diandalkan.
Laporan laboratorium yang tertunda atau hilang, atau salah ditranskripsi, dapat membatalkan semua upaya untuk melakukan pengujian dengan baik.
Faktor lainnya meliputi lingkungan laboratorium, prosedur kontrol kualitas dan sistem pengukuran, komunikasi, pengendalian dokumen dan pencatatan, staf yang kompeten dan berpengetahuan serta kualitas bahan kimia dan peralatan.
Pendekatan sistematis untuk mendeteksi kesalahan di setiap fase pengujian diperlukan dan yang lebih penting, pendekatan untuk menilai dan mengurangi risiko yang teridentifikasi dalam menyebabkan kesalahan sangatlah penting.
Laboratorium klinik telah lama memusatkan perhatiannya pada metode kontrol kualitas dan program penilaian kualitas yang menangani aspek analitis pengujian.
Namun, survei terbaru tentang kesalahan dalam kedokteran laboratorium menyimpulkan bahwa kualitas di laboratorium klinis tidak dapat dipastikan hanya dengan fokus pada aspek analitis semata, kesalahan terjadi lebih sering sebelum (pra-analitis) dan setelah (pasca-analitis) pengujian dilakukan. Sebagian besar kesalahan disebabkan oleh faktor pra-analitis (46-68,2% dari total kesalahan), sementara tingkat kesalahan yang tinggi (18,5-47% dari total kesalahan) juga ditemukan pada fase pasca-analitis.
Tabel 1 merangkum jenis dan tingkat kesalahan dalam Proses Pengujian Total.
Phase
of Total Testing Process |
Type
of Error |
Rates |
Pre-analytical |
Inappropriate test request Order entry errors Misidentification of patient Container inappropriate Sample collection and transport inadequate Inadequate sample/anticoagulant volume ratio Insufficient sample volume Sorting and routing errors Labeling errors |
46%–68.2% |
Analytical |
Equipment malfunction Sample mix-ups/interference Undetected failure in quality control Procedure not followed |
7%–13% |
Post-analytical |
Failure in reporting Erroneous validation of analytical data Improper data entry |
18.5%–47% |
Dengan demikian, untuk meningkatkan kualitas layanan dan mengurangi risiko kesalahan dalam pengujian laboratorium klinik, penting bagi laboratorium untuk tidak hanya fokus pada aspek analitis saja, tetapi juga pada pengendalian kualitas dan mitigasi risiko pada tahap pra-analitis dan pasca-analitis.
Dengan demikian, pengujian laboratorium klinik dapat menjadi lebih dapat diandalkan, memberikan hasil yang akurat, dan memberikan kontribusi yang lebih besar pada perawatan pasien yang efektif.***
Sumber : Wong, W. 2018. Risk management in clinical laboratories ; Journal of Hong Kong Institute of Medical Laboratory Sciences Vol. 15
Post a Comment