Bahaya Bakteri pada Air Minum: Fakta Mengejutkan dari Kualitas Air Minum di Indonesia

Table of Contents

 

Bahaya Bakteri pada Air Minum Fakta Mengejutkan dari Kualitas Air Minum di Indonesia

INFOLABMED.COM - Fakta menunjukkan bahwa 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum dari infrastruktur yang terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E. coli), bakteri yang dikenal dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, termasuk diare, infeksi saluran kemih, hingga risiko kematian pada kasus tertentu. 

Data ini diungkapkan dalam Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga (SKAMRT) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2020. 

Ironisnya, hanya 11,9% rumah tangga di Indonesia yang memiliki akses terhadap air minum yang benar-benar aman dikonsumsi.

Risiko Kesehatan dari Kontaminasi E. coli

Bakteri E. coli dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, mulai dari infeksi ringan hingga komplikasi yang serius. 

Pada beberapa kasus, infeksi dapat berujung pada hemolytic uremic syndrome (HUS), kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal permanen dan berpotensi fatal. 

Baca juga : Pemeriksaan Bakteriologi Air

Kebutuhan akan akses terhadap air minum yang bersih dan berkualitas menjadi semakin mendesak mengingat bakteri ini sering ditemukan pada air minum yang terkontaminasi di Indonesia.

Tantangan Kebersihan Depot Air Minum Isi Ulang

Di berbagai kota besar di Indonesia, depot air minum isi ulang sering kali menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum sehari-hari. 

Namun, sayangnya banyak depot ini tidak memenuhi standar kebersihan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 43 Tahun 2014 mengenai higiene sanitasi depot air minum. 

Sebagai contoh, survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Bandung pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 40% dari 135 depot air minum di kota tersebut tidak memenuhi syarat bakteriologis.

Angka tersebut terus berfluktuasi pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2014, terjadi peningkatan depot yang tidak memenuhi syarat hingga 63%, sebelum akhirnya menurun menjadi 20% pada tahun 2015. 

Namun, di tahun 2016, angka depot yang tidak memenuhi syarat kembali meningkat hingga 54%. 

Baca juga : Pentingnya Pengujian Bakteriologi Air: Panduan Praktis untuk Menjaga Kesehatan

Hal ini menunjukkan bahwa masalah sanitasi dan kualitas air di depot air minum masih menjadi isu yang perlu ditangani dengan serius.

Penelitian di Kota-Kota Besar: Kualitas Air Minum yang Memprihatinkan

Tak hanya di Bandung, studi serupa juga dilakukan di berbagai kota besar di Indonesia seperti Makassar, Padang, Pekanbaru, Bandung, Tangerang, Bali, Kendari, dan Surabaya. 

Dari 89 depot air minum isi ulang yang diuji, 53 di antaranya tidak memenuhi standar kesehatan terkait kandungan coliform, yang seharusnya berada di angka 0 per 100 ml sampel. 

Coliform merupakan kelompok bakteri yang menjadi indikator kebersihan air dan sering dikaitkan dengan penyakit diare.

Di Jakarta, penelitian di lima wilayah menemukan bahwa hanya 20% depot air minum isi ulang yang memenuhi standar kandungan coliform sesuai Permenkes RI No. 492 Tahun 2010, yang kini telah diperbarui menjadi Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 Tahun 2023 tentang Kesehatan Lingkungan. 

Data ini menggambarkan betapa masih rendahnya tingkat kepatuhan depot air minum terhadap standar kebersihan yang seharusnya diterapkan.

Dampak Bagi Kesehatan Masyarakat

Air minum yang tercemar bakteri, khususnya E. coli dan coliform, dapat berdampak langsung terhadap kesehatan masyarakat, terutama anak-anak dan lansia yang memiliki daya tahan tubuh lebih rendah. 

Penyakit seperti diare, disentri, hingga infeksi serius lainnya dapat dengan mudah menyebar melalui konsumsi air minum yang terkontaminasi. 

Bahkan, pada beberapa kasus, merebus air hingga mendidih tidak cukup efektif untuk membunuh semua bakteri yang ada, terutama jika air tersebut sudah terkontaminasi berat atau disimpan di wadah yang tidak higienis.

Upaya Meningkatkan Kualitas Air Minum

Pemerintah Indonesia telah berusaha mengatasi masalah ini dengan berbagai regulasi, namun implementasi di lapangan masih menghadapi banyak tantangan. 

Selain itu, masyarakat pun perlu lebih selektif dalam memilih sumber air minum, terutama dari depot air minum isi ulang. 

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan memastikan depot memiliki sertifikasi higiene sanitasi yang jelas, serta memeriksa kualitas air secara berkala.

Untuk melindungi diri dan keluarga dari risiko kontaminasi bakteri pada air minum, beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil meliputi:

  • Menggunakan air minum kemasan yang memiliki sertifikat kesehatan
  • Memastikan depot air minum isi ulang tempat biasa membeli air mematuhi standar kebersihan
  • Rutin membersihkan tempat penyimpanan air minum di rumah agar bebas dari bakteri dan kontaminan
  • Memanfaatkan teknologi penyaringan air yang telah teruji

Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya air minum yang bersih, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bakteri seperti E. coli.

Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***

Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment