Struktur dan Karakteristik Mycobacterium tuberculosis
INFOLABMED.COM - Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab penyakit tuberkulosis, memiliki bentuk batang yang lurus atau sedikit melengkung.
Dengan ukuran lebar sekitar 0,3–0,6 mm dan panjang 1–4 mm, bakteri ini tidak memiliki spora maupun kapsul, tetapi dilengkapi dengan dinding sel kompleks.
Kandungan lemak pada dinding sel bakteri ini mencapai 60%, yang memberikan daya tahan terhadap lingkungan asam dan dikenal sebagai Basil Tahan Asam (BTA).
Dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari asam mikolat, yaitu asam lemak berantai panjang yang terikat pada arabinogalaktan dan peptidoglikan melalui jembatan fosfodiester.
Kompleksitas dinding sel inilah yang membuat bakteri ini mampu bertahan dari pewarnaan yang menggunakan larutan asam-alkohol, seperti pewarnaan Ziehl-Neelsen.
Mekanisme Bertahan Hidup dan Penyebaran
Sebagai bakteri aerobik, Mycobacterium tuberculosis membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup.
Ia juga bersifat parasit intraseluler fakultatif, yang artinya bakteri ini dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel inang.
Di lingkungan luar, paparan sinar matahari langsung mampu membunuhnya, namun dalam kondisi gelap dan lembap, bakteri ini mampu bertahan hidup selama beberapa jam.
Selain itu, di dalam jaringan tubuh manusia, bakteri ini dapat bertahan selama bertahun-tahun, sehingga sulit untuk dieliminasi.
Proses penularan Mycobacterium tuberculosis terjadi melalui percikan droplet yang mengandung bakteri ini, terutama dari orang yang terinfeksi kepada orang sehat.
Ketika seseorang menghirup droplet yang mengandung partikel bakteri, Mycobacterium tuberculosis dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan memicu infeksi.
Klasifikasi Mycobacterium tuberculosis dan Jenis-jenis Mycobacteria Lainnya
Secara klasifikasi, Mycobacterium tuberculosis termasuk dalam keluarga Mycobacteriaceae, genus Mycobacterium, dan spesies Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini tergolong mikroba tahan asam dengan bentuk basil dan termasuk bakteri yang tumbuh lambat, memerlukan media biakan khusus seperti Lowenstein-Jensen untuk identifikasi yang akurat.
Selain M. tuberculosis, genus Mycobacterium juga mencakup spesies lain yang bisa menjadi patogen oportunistik, terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Jenis-jenis Mycobacterium dapat dibedakan berdasarkan kecepatan tumbuhnya dan warna pigmen koloninya, seperti photochromogen, scotochromogen, non-photochromogen, dan rapid grower.
Bakteri yang tumbuh lambat biasanya membutuhkan waktu lebih dari dua minggu untuk menghasilkan koloni yang cukup besar pada media biakan.
Proses Biakan dan Identifikasi
Proses identifikasi Mycobacterium tuberculosis diawali dengan kultur atau biakan pada media yang cocok, seperti media berbahan telur Lowenstein-Jensen, yang direkomendasikan oleh WHO.
Kultur ini lebih sensitif dibandingkan metode mikroskopis dan dapat mendeteksi jumlah bakteri dalam konsentrasi kecil pada sputum penderita TB.
Namun, metode ini memerlukan waktu yang cukup lama karena laju pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis yang rendah, yaitu sekitar 15-20 jam untuk setiap pembelahan sel.
Identifikasi bakteri dilakukan dengan menilai waktu pertumbuhan, morfologi koloni, serta pengujian biokimia tambahan seperti uji niasin, uji reduksi nitrat, dan uji katalase.
Hasil pewarnaan BTA dengan metode Ziehl-Neelsen juga digunakan sebagai metode standar untuk mengonfirmasi keberadaan basil tahan asam dalam sampel klinis.
Mycobacterium tuberculosis bukan sekadar bakteri biasa. Dengan dinding sel kompleks, sifat tahan asam, dan kemampuan bertahan dalam tubuh manusia dalam jangka waktu lama, bakteri ini berhasil menjadi penyebab utama tuberkulosis, penyakit menular yang masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat global.
Kendati teknologi diagnostik sudah berkembang, proses biakan dan identifikasi bakteri ini tetap menjadi tantangan karena laju pertumbuhannya yang lambat dan struktur dinding selnya yang unik.***
Post a Comment