Kenali Dampak dan Gejala Fatty Liver - Wiwik Emmi Krisnawati 3242107 STIKes Nasional Surakarta
A. Latar Belakang
Perlemakan hati (fatty-liver) merupakan pengumpulan lemak (lipid) yangberlebihan di dalam sel-sel hati (hepatosit)1. Penyakit ini sulit diobati dan seringmenahun sehingga menyebabkan sirosis hati, bahkan kanker hati dan berujungpada kematian. Perlemakan hati dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak, tetapi paling banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun. Salah satu faktor risiko terjadinya perlemakan hati adalah dislipidemia.
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (K-total), kolesterol LDL (K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL). Agar lipid dapat larut dalam darah, molekul lipid harus terikat pada molekul protein (yang dikenal dengan nama apoprotein, yang sering disingkat dengan nama Apo). Senyawa lipid dengan apoprotein dikenal sebagai lipoprotein. Tergantung dari kandungan lipid dan jenis apoprotein yang terkandung, dikenal lima jenis lipoprotein yaitu, kilomikron, kolesterol very low-density lipoprotein (VLDL), kolesterol intermediate density lipoprotein (IDL), kolesterol low-density lipoprotein (LDL), dan high density lipoprotein (HDL).
Menurut Riskesdas (2013), terdapat 35,9% penduduk di Indonesia yang memiliki gangguan kolesterol total, 15,9% memiliki kadar LDL tinggi, 11,9% memiliki kadar TG tinggi, dan 22,9% memiliki kadar HDL rendah (<40 mg/dl). Terapi obat dislipidemia yang sering digunakan adalah obat golongan statin (inhibitor HMG-CoA reduktase), seperti rosuvastatin. Selain berfungsi untuk menurunkan kolesterol LDL, statin juga mempunyai efek meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan TG. Namun mekanisme untuk meningkatkan kadar kolesterol HDL sampai sekarang belum jelas.
Penggunaan obat seperti statin masih memiliki efek samping, seperti atrial fibrilasi, pusing, konstipasi, myalgia, diare, muntah, lemas dan sebagainya. Lidah buaya (Aloe vera L) digunakan sebagai obat tradisional dalam 2000 tahun terakhir karena memiliki banyak manfaat seperti antitumor, antikanker dan antidiabetik7. Lidah buaya juga sedikit meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Kandungan lidah buaya yang juga meningkatkan kolesterol HDL adalah serat larut air yaitu niasin, magnesium, dan vitamin C9.
B. Pengelompokan Fatty Liver
Berdasarkan penyebab, perlemakan hati dibagi menjadi 2 kelompok besar
- Perlemakan hati alkoholik (alcoholic fatty liver disease = AFLD) yang banyak di dapatkan di negara-negara barat.
- Perlemakan non-alkoholik (Non-alcoholic Fatty Liver Disease = NAFLD) banyak didapatkan di daerah kurang mengkonsumsi alkohol, termasuk Indonesia.
C. FAKTOR RESIKO
Sejumlah faktor risiko telah dinyatakan dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami penyakit perlemakan hati, antara lain:
- Konsumsi alkohol yang berlebihan.
- Sindrom gangguan metabolik (terdiri dari obesitas sentral/perut gendut/lingkar pinggang berlebih, gangguan lemak darah (terutama peningkatan kadar jenis trigliserida dan penurunan kadar lemak baik High-Density Lipoprotein/HDL), resistensi insulin/penyakit kencing manis (Diabetes Mellitus), serta tekanan darah tinggi (Hipertensi))
- Riwayat keluarga dengan penyakit perlemakan hati.
- Gangguan penyerapan makanan/Malnutrisi (konsumsi diet yang tidak sehat)
- Kurangnya aktivitas fisik
- Penggunaan beberapa obat-obatan seperti amiodaron, diltiazem, tamoxifen atau steroid.
D. GEJALA FATTY LIVER
Perlemakan hati adalah penyakit yang biasanya bermanifestasi tanpa gejala apa pun pada tahap awal. Namun seiring berkembangnya penyakit, pasien mungkin akan mengalami beberapa gejala, yaitu:
1. Nyeri di perut kanan atas.
2. Penurunan berat badan.
3. Pembengkakan (edema) pada kaki dan perut.
4. Kelemahan dan kelelahan.
5. Perut kembung.
6. Kehilangan nafsu makan.
7. Penyakit kuning, ditandai dengan perubahan warna kuning pada kulit dan bagian putih mata.
D. DIAGNOSA FATTY LIVER
Fatty liver dapat didiagnosis melalui tes darah, ultrasonografi hati, dan biopsi hati. Tes darah dapat mengukur tingkat enzim hati, seperti alanin aminotransferase (ALT) dan aspartat aminotransferase (AST). Tingkat enzim yang tinggi dapat menunjukkan adanya kerusakan hati. Ultrasonografi hati dapat menunjukkan adanya penumpukan lemak di dalam hati. Biopsi hati dilakukan jika tes darah dan ultrasonografi hati tidak cukup untuk membuat diagnosis yang pasti. Dalam prosedur ini, sepotong kecil jaringan hati diambil untuk diperiksa di bawah mikroskop.
E.PENCEGAHAN
Beberapa kebiasaan gaya hidup sehat yang perlu dilakukan sebagai pencegahan perlemakan hati adalah sebagai berikut:
- Membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol.
- Menjaga berat badan ideal.
- Mengonsumsi makanan kaya nutrisi dan menghindari makanan tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan karbohidrat olahan.
- Mengontrol kadar gula darah, trigliserida, dan kolesterol.
- Mengikuti rencana pengobatan yang dianjurkan oleh dokter (bagi penderita diabetes).
- Lakukan olahraga teratur, minimal 30 menit setiap hari.
F. PENGOBATAN UNTUK FATTY LIVER
Mengobati perlemakan hati atau steatosis hati biasanya bergantung pada jenis dan penyebabnya. Namun, umumnya dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat dan meresepkan obat untuk mengatasi penyebab penumpukan lemak di hati. Beberapa perawatan dan perubahan gaya hidup sehat yang direkomendasikan untuk pasien perlemakan hati antara lain:
Beberapa perawatan dan perubahan gaya hidup sehat yang direkomendasikan untuk pasien perlemakan hati antara lain:
- Mempertahankan atau mengurangi berat badan untuk mencapai berat badan ideal, terutama bagi penderita obesitas.
- Berhenti dari kebiasaan mengonsumsi alkohol.
- Memenuhi kebutuhan vitamin E tubuh.
- Mengonsumsi thiazolidinediones pada kondisi tertentu.
- Menjalani operasi bariatrik atau prosedur endoskopi bariatrik untuk pasien dengan obesitas morbid dan perlemakan hati.
- Transplantasi hati untuk pasien yang mengalami gagal hati.
G. PENUTUP
Patogenesis perlemakan hati memiliki kaitan erat dengan beberapa faktor resiko. Faktor resiko NAFLD ialah obesitas, resistensi insulin, sindroma metabolic, serta diabetes militus tipe 2 . Komponen sindroma metabolik memiliki hubungan dengan NAFLD, salah satunya yakni dislipidemia, dimana adanya kadar trigliserida yang meningkat serta kadar kolesterol HDL yang menurun .Selain itu, konsumsi makanan tinggi kalori dapat meningkatkan free fatty acid dalam darah kemudian membentuk trigliserida, hal tersebut memicu terjadinya penyakit perlemakan hati dan berakhir dengan kerusakan hati.*** (Wiwik Emmi Krisnawati 3242107 STIKes Nasional Surakarta)
Referensi
- Sulaiman, A.S, dkk. (2023). Perlemakan Hati Non-Alkoholik dan Risiko Fibrosis Hati pada Pasien Hepatitis B Kronik; Vol. 10. Jurnal penyakit Dalam Indonesia. Link : https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1456&context=jpdi.
- Halodoc. (2018). Inilah yang Dimaksud dengan Fatty Liver. Diakses tanggal 23 Januari 2025. Link : https://www.halodoc.com/artikel/inilah-yang-dimaksud-dengan-fatty-liver.
- Siloam Hospita. (2025). Apa Itu Fatty Liver. Diakses tanggal 23 Januari 2025. Link : https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-fatty-liver
Post a Comment