Review Penyakit Menular Seksual HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Table of Contents

 

Review Penyakit Menular Seksual HIV (Human Immunodeficiency Virus)

ABSTRAK

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, secara khusus sel T CD4, yang berfungsi melawan infeksi. Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh seperti darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Jika tidak diobati, HIV dapat berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yang merusak kemampuan tubuh untuk melawan infeksi dan penyakit. Hingga saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV, namun terapi antiretroviral (ARV) telah terbukti efektif dalam menurunkan jumlah virus dalam tubuh, sehingga meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV dan memperpanjang usia harapan hidup. Pencegahan HIV dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan kondom, tes HIV rutin, serta pemberian ARV kepada ibu hamil untuk mengurangi risiko penularan ke bayi. Penanggulangan HIV membutuhkan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan tenaga medis dalam meningkatkan kesadaran dan akses terhadap pengobatan serta pencegahan.

Kata Kunci: HIV, AIDS, penularan, terapi antiretroviral, pencegahan, kesadaran.


ABSTRACT

HIV (Human Immunodeficiency Virus) is a virus that attacks the human immune system, specifically CD4 T cells, which function to fight infection. HIV transmission occurs through bodily fluids such as blood, sperm, vaginal fluids and breast milk. If left untreated, HIV can progress to AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), which damages the body's ability to fight infection and disease. Until now, there is no drug that can cure HIV, but antiretroviral therapy (ARV) has been proven to be effective in reducing the number of viruses in the body, thereby improving the quality of life for HIV sufferers and extending life expectancy. HIV prevention can be done in various ways, such as using condoms, routine HIV testing, and giving ARVs to pregnant women to reduce the risk of transmission to the baby. Controlling HIV requires cooperation between the government, community and medical personnel in increasing awareness and access to treatment and prevention

Keywords: HIV, AIDS, transmission, antiretroviral therapy, prevention, awareness.

Pendahuluan

HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan kekhawatiran diberbagai belahan dunia karena dapat mengancam kehidupan. United Nation Joint Program for HIV/AIDS (UNAIDS) pada tahun 2019,menyatakan bahwa populasi terinfeksi HIV terbesar di dunia adalah di benua Afrika (25,7 juta),kemudian di Asia Tenggara (3,8 juta),dan di Amerika (3,5 juta). Laporan Perkembangan HIV/AIDS dan Penyakit lnfeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan IV (2019) mencatat bahwa jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Meskipun cenderung fluktuatif, data kasus HIV/AIDS di Indonesia masih terus meningkat dari tahun ke tahun. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang  disebabkan infeksi oleh HIV. Virus ini ditemukan di dalam cairan tubuh terutama darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus tersebut merusak kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit infeksi lainnya. Akibat menurunnya kekebalan tubuh maka orang tersebut sangat mudah terkena berbagai penyakit infeksi (infeksi oportunistis) yang sering berakibat fatal (Triwulan, 2019). 

Human Immunodeficiency Virus (HIV) telah menjadi perhatian global sejak pertama kali diidentifikasi pada awal tahun 1980-an (Dinas Kesehatan Kota Tegal, 2023). Virus ini menyebabkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), yang ditandai dengan menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh, sehingga membuat individu rentan terhadap infeksi oportunistik dan kanker langka. Epidemiologi HIV menunjukkan bahwa prevalensinya tinggi di banyak bagian dunia, terutama di daerah dengan akses terbatas terhadap perawatan kesehatan dan pendidikan. HIV/AIDS telah menjadi tantangan kesehatan yang menuntut perhatian global, termasuk di Indonesia. Penularan virus ini terjadi terutama melalui perilaku berisiko tinggi seperti hubungan seks tanpa kondom dan berbagi jarum suntik, yang memengaruhi kelompok rentan seperti pekerja seks komersial, pengguna narkoba suntik, dan pria yang berhubungan seks dengan pria. Upaya pencegahan dan pengobatan terus ditingkatkan, tetapi tantangan utama tetap ada dalam menjangkau populasi yang terpinggirkan dan mengatasi dampak sosial, ekonomi, dan  kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Menurut World Health Organization (WHO), HIV merupakan suatu infeksi yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya pada leukosit yang biasa disebut dengan sel CD4. HIV menghancurkan sel CD4 serta melemahkan kekebalan tubuh seseorang terhadap infeksi oportunistik, diantaranya infeksi bakteri yang parah, infeksi jamur dan tuberculosis serta beberapa jenis kanker. WHO telah merekomendasikan bahwa setiap orang yang berisiko terinfeksi HIV harus melakukan pemeriksaan, mencari layanan pencegahan dan pengobatan HIV yang komprehensif dan efektif. Infeksi HIV dapat di diagnosis dengan menggunakan pemeriksaan diagnostik yang cepat, sederhana dan terjangkau dengan mengikuti layanan pemeriksaan 5 C, yaitu persetujuan (consent), kerahasiaan (confidentiality) konseling (counselling), hasil yang benar (correct result) dan hubungan dengan pengobatan dan layanan lainnya (connection with treatment and other services).

Data Statistik

  1. Secara global, sekitar 39,9 juta orang hidup dengan HIV. Meskipun infeksi baru dan kematian terkait HIV telah menurun, tantangan berupa ketidaksetaraan akses layanan kesehatan masih ada (WHO, 2023).
  2. Di Indonesia, terdapat sekitar 570.000 ODHA. Infeksi terbanyak terjadi pada kelompok usia 25-49 tahun (70,7%) dan 20-24 tahun (15,7%) (UNAIDS, 2023).

Mekanisme, Faktor Risiko, dan Penyebab Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Mekanisme

HIV (Human Immunodeficiency Virus) menginfeksi tubuh dengan menargetkan sel CD4, yang berperan penting dalam sistem kekebalan. Virus ini masuk melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, atau ASI, seringkali melalui hubungan seksual tanpa pelindung atau penggunaan jarum suntik bergantian. Setelah masuk ke sel CD4, HIV mengubah RNA-nya menjadi DNA menggunakan enzim reverse transcriptase dan mengintegrasikannya ke DNA sel inang dengan bantuan enzim integrase. Sel yang terinfeksi kemudian memproduksi virus baru yang menyerang sel CD4 lainnya. Proses ini melemahkan kekebalan tubuh secara bertahap, hingga berujung pada AIDS jika tidak diobati. (Gusni et., al 2024).

Penyebab 

Penyebab HIV adalah infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), yang menyerang dan melemahkan sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4. Penularan virus ini dapat terjadi melalui beberapa cara, seperti hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi, baik hubungan heteroseksual maupun homoseksual. Selain itu, penggunaan jarum suntik bersama, terutama pada pengguna narkoba suntik, menjadi salah satu penyebab utama penyebaran HIV. Penularan juga dapat terjadi dari ibu hamil yang positif HIV kepada bayinya selama kehamilan, persalinan, atau melalui menyusui. Faktor lainnya meliputi transfusi darah yang tidak aman dan paparan langsung cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, atau ASI dari orang yang terinfeksi. Penting untuk dicatat bahwa HIV tidak menular melalui kontak sehari-hari, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau berbagi peralatan makan. . (Gusni et., al 2024).

Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian HIV meliputi perilaku dan kondisi yang meningkatkan kemungkinan terpapar virus ini. Perilaku seks berisiko menjadi faktor dominan, seperti tidak menggunakan kondom saat berhubungan seksual, memiliki jumlah pasangan seksual lebih dari dua, serta melakukan aktivitas seksual kombinasi, termasuk hubungan dengan pekerja seks. Selain itu, riwayat penggunaan jarum suntik yang bergantian, terutama pada pengguna narkoba suntik, juga merupakan faktor risiko yang signifikan. Riwayat infeksi menular seksual (IMS), seperti sifilis, juga berkontribusi pada peningkatan risiko HIV. Faktor intrinsik lainnya, seperti usia, tingkat pendidikan, status perkawinan, usia pertama kali melakukan hubungan seksual, serta kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS, turut memperbesar kemungkinan seseorang terpapar virus ini. . (Gusni et., al 2024).

Dampak Signifikan Berbagai Aspek

  1. Sosial: Stigma dan diskriminasi sosial terhadap ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) masih menjadi tantangan besar. Hal ini menghambat partisipasi mereka dalam kehidupan bermasyarakat (Neliti, 2023).
  2. Ekonomi: Penurunan produktivitas dan pendapatan sering terjadi akibat kondisi kesehatan ODHA yang memburuk (Neliti, 2023).
  3. Psikologis: Tingkat stres, kecemasan, dan depresi pada ODHA sangat tinggi. Dukungan sosial terbukti membantu meningkatkan kualitas hidup mereka (E-Journal Unair, 2023).

Upaya Pencegahan dan Tantangan

  1. Kolaborasi pemerintah, LSM, dan masyarakat telah dilakukan untuk menangani HIV/AIDS, termasuk kampanye pencegahan dan penyediaan layanan kesehatan (Jurnal UMJ, 2023).
  2. Tantangan utama meliputi stigma, diskriminasi, dan keterbatasan akses layanan kesehatan, yang menghambat keberhasilan penanganan HIV/AIDS (Jurnal UMJ, 2023).

Penutup

HIV (Human Immunodeficiency Virus) tetap menjadi tantangan kesehatan global yang serius, meskipun sudah ada kemajuan signifikan dalam pengobatan dan pencegahannya. Dengan adanya terapi antiretroviral (ARV), penderita HIV kini dapat menjalani hidup yang lebih panjang dan berkualitas, asalkan mereka mendapatkan pengobatan yang tepat dan teratur. Namun, meskipun pengobatan sudah tersedia, pencegahan tetap menjadi langkah kunci dalam mengurangi penularan HIV, melalui edukasi, penggunaan kondom, dan tes HIV secara rutin. Stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV/AIDS masih menjadi hambatan utama dalam upaya penanggulangan, sehingga penting untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya dukungan sosial dan akses terhadap perawatan medis yang adil dan setara. Kerja sama antara pemerintah, organisasi kesehatan, masyarakat, dan individu sangat diperlukan untuk mengurangi angka penularan HIV dan memperbaiki kualitas hidup pengidapnya. Dengan komitmen yang kuat dalam pencegahan, pengobatan, dan pemberantasan stigma, kita dapat berharap bahwa penyakit ini dapat ditanggulangi secara efektif, menuju masyarakat yang lebih sehat dan bebas HIV.***

Penulis 

Astuti Dwi Cahyaningrum1, Lulu Sulfa Salsabila2 , Ria Kusumahastuti3 , dan Yosephin Galuh Sekar Kinanthi

*Corresponding Author: 3221013@student.stikesnas.ac.id, 3221026@student.stikesnas.ac.id, 3221041@student.stikesnas.ac.id, 3221055@student.stikesnas.ac.id


Daftar Pustaka

  • DINKES Kota Tegal. (2023). Hari AIDS Sedunia 1 Desember dan Sejarahnya. Dinas Kesehatan Kota Tegal.
  • E-Journal Unair. (2023). Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ODHA. Diakses dari e-journal.unair.ac.id
  • Gusni Rahma, Yulia, Febry Handiny. (2024).JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan) | April, 2024 Volume 8 No. 1.
  • Jurnal UMJ. (2023). Upaya Pencegahan HIV/AIDS di Indonesia. Diakses dari jurnal.umj.ac.id
  • Neliti. (2023). Analisis Dampak Sosial, Ekonomi, dan Psikologis Penderita HIV/AIDS di Kota Denpasar. Diakses dari media.neliti.com
  • Triwulan IV. (2019) Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
  • UNAIDS. (2023). HIV Data in Indonesia. Diakses dari unaids.org
  • WHO. (2023). Global HIV Data 2023. Diakses dari who.int
  • WHO. (2023). Human Immunodeficiency Virus (HIV). di akses pada tanggal 5 Juni 2023.


Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment