Mengenal Asam Lambung: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Table of Contents

Mengenal Asam Lambung Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya ilustrasi
Ilustrasi. (Foto : LunaKate)
 

Pendahuluan

Kesehatan tubuh sangat penting bagi manusia, namun gaya hidup modern yang serba cepat dan konsisten sering kali membawa dampak negatif, sehingga tubuh menjadi rentan terhadap penyakit. Salah satu kebiasaan buruk yang sering dilakukan adalah menunda makan atau pola makan yang tidak teratur, yang dapat memicu produksi asam lambung berlebih dan menyebabkan penyakit asam lambung (Sinaga et al.,2022). Penyakit asam lambung terjadi akibat naiknya produksi asam lambung secara berlebihan, yang dapat mengganggu fungsi lambung. Kondisi ini berkaitan dengan gangguan saraf pada lambung atau faktor psikologis, seperti stres, yang memengaruhi sistem saraf pusat dan mengakibatkan perubahan hormon. Selain itu, gangguan struktural seperti luka pada lambung juga menjadi salah satu penyebabnya ( Dewi et al.,2019).

Secara global, prevalensi Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) lebih rendah di Asia dibandingkan dengan negara-negara Barat. Di Amerika Serikat, sekitar 20%-40% populasi mengalami GERD, sedangkan di Asia, prevalensinya berkisar antara 2%-18% tergantung negara. Namun, data menunjukkan adanya peningkatan kasus GERD di Asia akibat perubahan gaya hidup dan faktor sosial ekonomi. Di Iran, prevalensi GERD mencapai 6,3%-18,3%, di Palestina 24%, dan di Jepang serta Taiwan sekitar 13%-15% ( Tayibu et al.,2024). Di Indonesia, prevalensi gastritis cukup tinggi. Menurut data World Health Organization (WHO), angka kejadian gastritis di Indonesia mencapai 40,8%. Beberapa daerah melaporkan kasus gastritis yang signifikan, dengan total 274.396 kasus dari populasi 234 juta jiwa. Di Rumah Sakit Ibnu Sina, selama periode 2021-2022 tercatat sebanyak 35 pasien dengan kasus gastritis (Tayibu et al.,2024).

Masalah kesehatan seperti penyakit asam lambung dan gastritis menjadi isu penting karena prevalensinya yang terus meningkat, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Perubahan gaya hidup modern, pola makan yang tidak teratur, serta faktor psikologis seperti stres menjadi penyebab utama kondisi ini. 

Penyakit ini tidak hanya berdampak pada kualitas hidup penderitanya, tetapi juga berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, memahami penyebab, prevalensi, dan upaya pencegahan penyakit asam lambung dan gastritis sangat penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong gaya hidup yang lebih sehat.

Penyakit asam lambung (GERD), disebabkan oleh sekresi asam lambung yang berlebihan, pola makan tidak teratur, dan faktor anatomi. Faktor risiko termasuk obesitas, kehamilan, dan kebiasaan merokok (Siregar et al., 2022). Dampaknya dapat berupa nyeri dada, kesulitan menelan, dan komplikasi serius (Kasi et al., 2019). 

Penyebab dan Faktor Risiko dari Asam Lambung (Siregar et al., 2022)

  • Sekresi Asam Lambung Berlebihan: Produksi asam lambung yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pada lapisan lambung.
  • Pola Makan Tidak Teratur: Kebiasaan makan yang buruk, seperti makan terlalu cepat atau mengonsumsi makanan pedas, dapat memicu gejala.
  • Faktor Anatomi: Beberapa orang mungkin memiliki struktur anatomi yang mempengaruhi fungsi katup esofagus, sehingga asam lambung dapat naik ke kerongkongan.
  • Obesitas: Kelebihan berat badan dapat meningkatkan tekanan pada perut, yang berkontribusi pada refluks asam.
  • Kehamilan: Perubahan hormonal dan tekanan dari rahim yang membesar dapat menyebabkan peningkatan gejala.
  • Kebiasaan Merokok: Merokok dapat melemahkan otot-otot yang mengontrol refluks asam.

Dampak (Kasi et al., 2019). 

  • Nyeri Dada: Rasa sakit yang mirip dengan serangan jantung dapat terjadi akibat iritasi esofagus.
  • Kesulitan Menelan: Pembengkakan dan iritasi dapat menyebabkan kesulitan saat menelan makanan.
  • Komplikasi Serius: Jika tidak diobati, dapat menyebabkan esofagitis, striktur esofagus, atau bahkan kanker esofagus.

Penutup

Pencegahan dari penyakit  lambung sebagai berikut (Sinaga dan Fajrin, 2022):

  1. Untuk makanan yang akan dikomsumsi jangan terlalu sering mengkomsumsi makanan-makanan yang terlalu pedas, makanan yang bersantan, makanan yang mengandung asam, makanan yang bertepung serta makanan yang digoreng, minuman yang bersoda.
  2. Untuk pola makan sebaiknya makan dalam kurun waktu perdelapan jam setiap harinya dan tidak dalam porsi yang langsung banyak, dan 30 menit setelah makan jangan langsung rebahan. Dan dalam proses pengunyahan makanan sebaiknya sampai 23 kali kunyahan supaya makanan lebih halus dan mudah untuk dicerna, serta jangan terlalu sering menundah waktu makan dan sarapan.
  3. Jangan terlalu banyak pikiran/stres karena stres juga membuat produksi asam lebih tinggi maka stres harus dikontrol juga (Sinaga dan Fajrin, 2021). Upaya pencegahan kekambuhan yang dapat dilakukan terhadappenyakit gastritis meliputi memodifikasi diet, hilangkan kebiasaan mengkonsumsi alkohol, memperbanyak olahraga, manajemen stress (Harefa, 2021). Makan dalam jumlah kecil tetapi sering serta memperbanyak makan makanan yang mengandung tepung, seperti nasi, jagung, dan roti akan menormalkan produksi asam lambung, serta menghindari makanan yang dapat megiritasi terutama makanan yang pedas, asam, digoreng atau berlemak (Nofriadikal Putra, 2018).

Solusi pencegahan penyakit gerd adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) melalui penyuluhan, Edukasi dan Pendidikan kesehatan tentang penyakit asam lambung. Harapannya dengan adanya penyuluhan kesehatan dapat membuat masyarakat lebih sadar akan pentingnya pola kehidupan yang sehat (Permana & Denny Nugraha, 2020). 

Tujuan edukasi kesehatan untuk mengubah perilaku individu atau masyarakat di bidang kesehatan, akan tetapi perilaku mencakup hal yang luas sehingga perlu dikategorikan secara mendasar. Selain itu tujuan edukasi kesehatan adalah memberikan informasi pada individu atau masyarakat, sehingga mengubah status kesehatan seseorang atau masyarakat (Akbar Asfar & Wa Ode Sri Asnaniar, 2018). 

Pendidikan kesehatan sangat berpengaruh untuk melakukan pencegahan sejak dini tentang penyakit gastritis. Tentunya dampak yang akan ditimbulkan jika tidak melakukan pencegahan dengan melakukan pendidikan kesehatan maka pengetahuan santri akan minim tentang penyakit gastritis. Sehingga akan kesusahan dalam menghindari faktor penyebab penyakit gastritis (Dewi et al., 2023)

Penulis :

  • Angabaya Dera Sumba Tanaya (3221008)
  • Gerardiana Selyn Tunabenany (3221021)
  • Nuriyah Nanda Beliani (3221036)
  • Sindi Noviana (3221050)

Daftar Pustaka :

  • Akbar Asfar, & Wa Ode Sri Asnaniar. (2018). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit HIV/AIDS di SMP BAZNAS Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Islamic Nursing, 3(1), 26–31. https://journal3.uin-alauddin.ac.id/index.php/join/article/view/5471.
  • Dewi R., Aldilas W. T., Rosita M., Fadilla M., Pinasty A. P., Khodijah S. A., Zalita T. O., dan Nurhikmah (2023). Edukasi Pengobatan Gastritis melalui Pemanfaatan Obat Herbal. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. 1 (4) : 99-110.
  • Dewi, S. V., & Indah, M. (2019). Rancangan Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Lambung Menggunakan Metode Forward Chaining. Journal of Informatics and Computer Science, 5(1), 10-19.
  • Kasi et al. (2019). HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TATELI KABUPATEN MINAHASA. Jurnal KESMAS, Vol. 8(7), pp. 152-160.
  • Nofriadikal Putra, N. P. (2018). Asuhan keperawatan Ny M dengan gastritis di puskesmas kambang kec. Lengayang tahun 2018. STIKes Perintis Padang.
  • Permana, S., & Denny Nugraha, N. (2020). Perancangan Media Edukasi Dispepsia Untuk Kesehatan Lambung Terhadap Remaja Di Kota Bandung Designing Dyspepsia Education Media for Gastric Health on Teenagers in Bandung. 7(2), 1917–1924.
  • Sinaga M. D. dan Fajrin A. A. (2021). SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT ASAM LAMBUNG PADA ORANG DEWASA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB. Jurnal Comasie. 7 (7) : 27-35
  • Siregar I.S., Handayani I., & Yulianti. (2022). Faktor-faktor Risiko Terjadinya Penyakit Gastritis di Rumah Sakit Umum Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I. Vol. 7(2), pp. 112-116.
  • Tayibu, A. M., Rijal, S., Musa, I. M., Hapsari, P., & Natsir, P. (2024). Karakteristik Penderita Gastroesophageal Reflux Disease. Fakumi Medical Journal: Jurnal Mahasiswa Kedokteran, 4(5), 402-411.


Infolabmed
Infolabmed infolabmed.com merupakan kanal informasi tentang Teknologi Laboratorium Medik meliputi Materi Kuliah D3 dan D4, Informasi Seminar ATLM, Lowongan Kerja. Untuk dukung website infolabmed tetap aktif silahkan ikut berdonasi melalui DANA = 085862486502.

Post a Comment