Mengenal Contraction Stress Test (CST, Contraction Challenge Test, Oxytocin Challenge Test, OCT) untuk Evaluasi Kondisi Janin
INFOLABMED.COM - Contraction Stress Test (CST) atau dikenal juga sebagai Contraction Challenge Test dan Oxytocin Challenge Test (OCT), adalah prosedur yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan janin dalam menghadapi kontraksi persalinan.
Tes Contraction Stress Test (CST) umumnya dilakukan pada pasien dengan hasil Nonstress Test (NST) yang tidak reaktif.
Baca juga : Manfaat Pemeriksaan Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Apa Itu Contraction Stress Test (CST)?
CST meniru kondisi persalinan dengan menstimulasi kontraksi uterus melalui dua cara, yaitu stimulasi puting yang memicu pelepasan oksitosin endogen atau pemberian oksitosin eksogen secara intravena.
Saat persalinan normal, kontraksi uterus menyebabkan penurunan aliran darah ke plasenta.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apakah janin dapat bertahan terhadap penurunan ini. Jika tidak, janin berisiko mengalami asfiksia intrauterin.
Interpretasi Hasil CST
- CST Negatif: Tidak ada perlambatan denyut jantung janin (FHR) yang terlambat setelah kontraksi uterus. Ini menandakan bahwa cadangan plasenta cukup dan janin dalam kondisi normal.
- CST Positif: Terdapat perlambatan denyut jantung janin yang terjadi setelah dua atau lebih kontraksi uterus. Hal ini menandakan adanya hipoksia intrauterin akibat cadangan plasenta yang tidak memadai.
- Hasil Meragukan: Tidak dapat disimpulkan secara pasti dan memerlukan evaluasi tambahan.
Jika hasil CST positif, tes ini harus dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan lain seperti amniosentesis sebelum mengambil keputusan untuk persalinan sebelum waktunya.
Indikasi Pelaksanaan CST
Tes ini direkomendasikan untuk kehamilan berisiko tinggi, seperti:
- Diabetes mellitus pada ibu
- Hipertensi dan preeklampsia
- Pertumbuhan janin terhambat (IUGR)
- Kehamilan postmatur
- Isoimunisasi Rh
Prosedur Pelaksanaan CST
Sebelum Tes (Pretest)
- Pasien diberi penjelasan mengenai tujuan dan prosedur tes.
- Diperlukan puasa selama 4-8 jam untuk mengantisipasi kemungkinan persalinan prematur.
- Pasien menandatangani informed consent.
Saat Tes (Prosedur)
- Pasien diminta untuk buang air kecil sebelum tes.
- Posisi pasien dalam semi-Fowler atau miring sebagian.
- Monitor eksternal dipasang pada perut pasien untuk merekam denyut jantung janin dan kontraksi uterus.
- Tekanan darah pasien dicatat sebagai baseline dan dimonitor setiap 10 menit.
- Rekaman denyut jantung janin selama 20 menit dilakukan sebagai baseline.
- Jika kontraksi sudah ada, oksitosin tidak diberikan dan respons janin diamati.
- Jika kontraksi tidak ada, stimulasi puting dilakukan selama 15 menit.
- Jika tidak ada kontraksi setelah stimulasi puting, oksitosin diberikan melalui infus.
- Oksitosin ditingkatkan hingga pasien mengalami tiga kontraksi dalam 10 menit.
- Setelah kontraksi terjadi, infus oksitosin dihentikan dan denyut jantung janin serta kontraksi uterus dipantau selama 30 menit.
Setelah Tes (Posttest)
- Tekanan darah ibu dan denyut jantung janin dipantau hingga kontraksi uterus berhenti.
- Infus dihentikan dan bekas suntikan ditutup dengan perban.
- Hasil abnormal segera dilaporkan kepada dokter.
Peringatan Klinis (Clinical Alerts)
- CST memiliki risiko menyebabkan persalinan prematur.
- Disarankan untuk dilakukan setelah usia kehamilan 34 minggu untuk meningkatkan peluang kelangsungan hidup janin jika persalinan terjadi lebih awal dari yang diperkirakan.
Kontraindikasi CST
CST tidak dianjurkan untuk ibu hamil dengan kondisi berikut:
- Kehamilan kembar
- Ketuban pecah dini
- Plasenta previa atau solusio plasenta
- Riwayat persalinan sesar klasik atau sayatan transversal rendah
- Usia kehamilan kurang dari 32 minggu
- Riwayat persalinan prematur atau inkompetensi serviks
Tes Contraction Stress Test (CST) memiliki manfaat besar dalam menilai kesejahteraan janin, terutama dalam kehamilan berisiko tinggi.
Baca juga : Pemeriksaan Antigen dan Antibodi HIV pada Ibu Hamil
Namun, pelaksanaannya harus dilakukan dengan pertimbangan medis yang matang untuk menghindari komplikasi yang tidak diinginkan.
Artikel ini hanya untuk tujuan informasi. Untuk nasihat atau diagnosis medis, konsultasikan dengan profesional.***
Post a Comment